Monday, October 17, 2011

Aku dan Orang tua itu.....

Senin 17 Oktober 2011

Sore itu aku dan kawan-kawan duduk santai di warnet. Senda gurau, saling ejek (dengan nada bercanda) dan obrol-sana sini menghiasi acara santai kami. Tiba-tiba pintu warnet terbuka. Masuk seorang bapak dengan wajah senyum yang bercampur rasa malu. Terlihat jelas diwajahnya kelelahan. Keringat yang sedikit menetes di lehernya yang agak berwarna hitam menandakan dia telah berlama-lama di terik matahari.
            Ketika aku sedang memperhatikan orang tersebut alih-alih sang bapak dengan wajah tersenyum dan bercampur malu tadi bertanya kepada kawanku. “Dek punya uang ga? Minta buat makan berapa aja. Lima ratus juga ga papa”. Agak kaget juga aku. Masa’ untuk makan 500 rupiah? Ah…suatu hal yang tidak mungkin. Semula aku berfikir mungkin dia hanya bermaksud menipu dgn gaya dia dan berharap diberi uang lebih dari satu rumah ke rumah yang lain
.
            Tapi pada akhirnya Aku meminta kawanku untuk memberikan uang seribu rupiah untuk dia. Dalam fikiranku selain aku tak punya uang banyak toh…dia juga akan dapat tambahan dari rumah lain. Begitu fikiran ku.
            Akan tetapi hati kecil ini berfikiran lain. Aku teringat akan nadzarku. Dan aku juga tidak tega. Akhirnya aku memilih untuk membelikan makan orang tersebut. Terlepas itu tipuan atau tidak aku tidak perduli. Hati ini meminta aku untuk memberikan makan kepada orang tersebut.
Lantas aku meminta kawanku untk membelikan orang  makanan kepada orang tersebut. “Bot (begitulah panggilanku kepada kawanku) coba cek deh orang itu. Masih ada ga? Kalau masih ada nih bawa uang beliin makanan.” Semula kawanku menolak mendengar ajakanku itu. Malu. Begitu katanya. Namun setelah aku bujuk akhirnya mau juga dengan catatan ditemani kawanku yang lain.
Ketika sudah kembali, aku tanyakan lagi. “Gimana bot? udah?”. Tanyaku. “udah mas, tadi saya beliin di warteg.” Begitu katanya. “Trus sekarang ada dimana?” timpalku. Ada tuh di samping ruko.
Ternyata prediksiku salah. Dia bukanlah peminta-minta yang seperti bisaa lewat. Dia adalah orang yang benar-benar kelaparan. “lahap banget mas makannya”. Begitulah kata kawanku yang melihatnya.
Hatiku terenyuh. Dan merasa bersalah. Kenapa tidak dari tadi aku membelikan dia makanan. Tapi untunglah orangnya belum pergi dari ruko sebelah. Sehingga aku masih sempat membelikannya makanan. Dari kejauhan aku masih sempat melihatnya duduk di samping ruko yang dengan buntelan kresek di sampingnya. Di tangannya terselip sebatang rokok yang sudah menyala setengah.
Kemudian aku meminta kawanku kembali untuk bertanya kepada orang itu. “Bot…coba tanya, masih kurang ga? Kalau masih kurang beliin gih.” Begitu kataku. Akhirnya kawanku pun pergi untuk bertanya. “Ga mas, udah cukup katanya”. Alhamdulillah. Paling tidak aku bisa memberikan sedikit rizki untuk mengurangi rasa laparnya.
Dalam hati aku berdoa ya..Allah tolonglah dia. Ah…andainya saja aku bisa menolong dia lebih. Kemudian pikiranku pun menerawang jauh.
Ketika menjelang maghrib kawankupun keluar untuk melihat kembali orang tersebut. Namun orang tersebut telah beranjak pergi.
Ya Allah semoga engkau berkenan memberikan pertolongan kepadanya. Amieen.

1 komentar:

101 said...

Iya emang banyak orang disekitar kita yang bernasib kurang baik,,,,,memang harus saling membantu,,,,

Post a Comment