Tuesday, October 4, 2011

ANTARA KONSUMERITAS DAN LATAH

Latah….nampaknya kebiasaan ini sudah menjadi budaya bagi bangsa ini. Latah Menderita sakit saraf dengan suka meniru-niru perbuatan atau ucapan orang lain. latah juga berarti atah adalah ucapan atau perbuatan yang terungkap secara tak terkendali setelah terjadinya reaksi kaget. Tapi latah disini bukan merupakan sakit saraf, akan tetapi lebih cenderung mengikuti atau meniru-niru orang lain.

Begitu seringnya latah ini di lakukan sehingga memberikan pandangan bahwa latah sudah menjadi budaya bagi bangsa ini. Jika saja latah ini lebih cenderung kea rah kebaikan tentu hal ini akan membawa dampak yang baik. Akan tetapi jika latah ini menjurus ke arah keburukan???

Sejatinya latah yang membawa kebaikan apabila latah itu disadari dan dipahami maksud dan tujuannya. Akan tetapi jika tidak di sadari atau hanya sekedar ikut-ikutan maka sudah dapat dipastikan latah tersebut menjadi atau membawa dampak yang buruk.

Awal latah

Secara tidak langsung kita sudah diajari untuk latah. Betapa tidak, kita bisa lihat bagaimana anak-anak belajar TK. Kita lebih banyak diajarkan untuk menirukan sesuatu daripada di ajarkan untuk bebas berekspresi dengan ruang terkontrol. Mari kita coba tengok, ketika di perintah untuk menggambar pemandangan, sudah dapat dipastikan gambar pemandangan yang kita lihat pasti hampir sama. Dua buah gunung dengan matahari di tengah-tengah serta gambar pohon di pinggirnya dengan sebuah jalan di tengah-tengah gunung tersebut.
Latah ini terus berkembang dalam prilaku anak-anak. Ketika dewasa prilaku latah ini menjadi sebuah kebiasaan yang sulit hilang yang kemudian menjadi suatu budaya di karenakan di lakukan banyak orang.

Perkembangan Latah

Ketika dewasa latah ini berkembang atau bertransformasi menjadi bentuk lain. Plagiat adalah salah satunya. Meniru-niru produk lain dengan label yang berbeda. Tapi tentu saja ini sama saja. Dalam mengkonsumsi barang pun tidak terlepas dari budaya latah. Ketika melihat seseorang memiliki suatu benda yang bagus ada kecenderungan ingin memiliki benda yang sama tanpa mengindahkan fungsi dan kegunaan barang tersebut bagi dirinya. Alhasil prilaku ini menjadi sebuah trend di kalangan remaja dan masyarakat umumnya. Bahkan terkadang ada slogan jika belum bias memiliki benda tersebut maka dapat dikatakan ketinggalan jaman, ga gaul, dsb.

Konsumerisme

Trend mengkonsumsi barang ini menjadi sebuah trend yang umum. Gejala konsumerisme kini tidak hanya di anut oleh kalangan remaja saja bahkan masyarakat umum. Hal ini terlihat jelas pada barang-barang elektronik, dan media komunikasi. Ketika teknologi blackberry booming maka orang beramai-ramai membeli blackberry. Ketika keluar teknologi computer terbaru maka orang beramai-ramai ingin memilikinya. Alhasil Indonesia menjadi sasaran empuk untuk memasarkan suatu produk atau barang. Prilaku konsumerisme ini terkadang meningkat menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan. Konsumerisme buta dapat mendorong seseorang berbuat criminal. Demi mendapatkan suatu barang maka orang tersebut akan berusaha sebisa mungkin untuk mendapatkannya dan dengan segala cara. Hal inilah yang berakibat fatal.

Arif dan Bijak.

Ketika kita ingin memiliki suatu barang hendaknya kita harus memperhatikan beberapa hal.  Kondisi ekonomi, fungsi dan kegunaan, serta tujuan adalah beberapa hal yang harus kita pertimbangkan. Jika tidak memiliki banyak kegunaan buat kita, lantas buat apa kita memilikinya? Kalau pun memiliki kegunaan buat kita tapi kondisi tidak memungkinkan, maka sebaiknya ditunda terlebih dahulu. Trendy atau tidaknya seseorang adalah berbicara mengenai sikap dan bukan sesuatu yang dimilikinya. Dengan memperhatikan hal tersebut di atas  kita akan menjadi lebih arif dan bijak dalam berprilaku mengkonsumsi barang dan bukan sekedar latah.


0 komentar:

Post a Comment