Sunday, October 16, 2011

Tidak Mudah menjadi Orang Baik......

Tidak mudah menjadi orang baik.

Jika kita membaca judul diatas, kesan yang kita rasakan pertama kali pasti adalah wajar, biasa dan sangat umum. Youp….benar. karena memang itulah yang penulis rasakan. Mendengar kata orang baik itu nampaknya sangat wajar dan sedikit bernilai rasa. Dianggap wajar karena “dianggap semua orang bias melakukannya”. Akan tetapi benarkah itu? Penulis agak sanksi dengan anggapan tersebut.
           
Berdasarkan dari apa yang penulis alami, untuk menjadi orang baik itu tidak mudah. Namun bukan berarti tidak mungkin untuk dilakukan. Karena hanya sedikit yang bias demikian. Kalau toh kita berbuat baik, terkadang ada kepentingan di sana walaupun sedikit.

           
Bias dikatakan baik manakala apa yang dilakukannya atau segala tindak tanduknya, kelakuannya dan segala sesuatu yang dilakukan olehnya tidak terlepas dari pengharapannya untuk mendapat keridhoan dari sang khalik. Hanya itu dan tidak lebih. Dan ini sangat jarang bias dilakukan oleh semua orang.
           
Kenapa bias demikian? Untuk mampu lebih memahaminya mari kita coba ambil sebuah sample atau contoh. Misalnya kita baru saja mendapat bonus atau lebihan gaji dari apa yang kita kerjakan selama satu bulan. Ketika kita mendapat atau menerima bonus tersebut, sudah dapat dipastikan betapa senangnya kita. Sudah terbayang dibenak kita akan kita apakan rizki yang kita terima itu. Bahkan mungkin pula sebagian orang saking senangnya berulang-ulang mengucapkan alhamdulillah. Hingga suatu saat ada kawan atau tetangga kita yang membutuhkan uang yang besar sejumlah bonus yang kita terima di tambah seperempat gaji kita. Lantas apa yang kita lakukan? Sudah dapat dipastikan hamper sebagian besar orang agak berat untuk memberikan total sesuai yang dibutuhkan tetangga atau kawan kita yang membutuhkan tersebut. Paling kalaupun kita bias, kita hanya mampu memberikan atau meminjamkan setengah dari yang dibutuhkan.
           
Dari contoh diatas kita sudah dapat merasakan sulit sekali untuk mampu menjadi orang baik. Padahal Rasulullah dan Allah telah mendidik kita sama ada lewat hadits ataupun dalam Al-Qur’an untuk menjadi orang baik. Bahkan Rasulullah pun mencontohkan langsung bagaimana beliau memberikan makanan kepada yang membutuhkan sedangkan dia sendiri kelaparan.
           
Allah pun menjanjikan dalam ayatnya bahwasanya Allah akan memberikan pahala kepadanya di dunia dan akhirat

[3:148] Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia236 dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.

            Ayat diatas merupakan satu dari sekian ayat yang menyuruh kita senantiasa berbuat baik. Akan tetapi nampaknya sulit bagi kita. Diri kita senantiasa diliputi rasa curiga, rasa iri, rasa amarah, ujub, takabur, sombong  yang menghalangi diri kita untuk berbuat baik.
           
Yang mengherankan justru umat lainlah yang mampu melaksanakan hal tersebut diatas. Itulah yang penulis rasakan. Begitu banyak orang-orang sekeliling penulis yang notabene dari agama lain namun memiliki rasa welas asih yang lebih daripada kawan seiman.
           
Ironik bukan? Itulah kenyataan yang terjadi. Mengapa kita tidak bias berbuat demikian? Bukankah mereka saudara kita? Bukankah mereka saudara seiman kita? Kalaupun mereka berbohong atau apapun biarlah Tuhan yang membalas. Tugas kita hanyalah melaksanakan apa yang memang harus kita lakukan
           
Welas asihlah, tebarkanlah kasih saying kepada sesame. Ringan tanganlah, dan jangan pernah memiliki kepentingan apapun untuk itu selain kepentingan mengharapkan Ridho-Nya.
           
Semoga Allah menolong kita semua, sehingga kita bias mewujudkan apa yang kita harapkan semua (menjadi orang baik). Amien…

0 komentar:

Post a Comment